Senin, 29 Juli 2013

Berita Kita Hari Ini (bagian 2)

Tidak bisa dipungkiri bahwa nyawa dari sebuah koran adalah pembaca, sehingga artikel yang ada harus memenuhi tuntutan para pembaca. Inilah yang kemudian sering memunculkan istilah bad news is a good news. Istilah tersebut namapaknya juga mempengaruhi bentuk-bentuk judul yang ada di dunia maya saat ini. Memang judul harus memberi gambaran sebuah berita, tapi judul yang ada seharusnya tidak menimbulkan penafsiran liar dari pembaca sebelum membaca keseluruhan isi berita.

Beberapa hari yang lalu di halaman facebook saya, ada iklan berita seperti ini, "Bulan Ramadhan Dewi Cinta Justru Rilis Video Seksi" yang disertai foto seorang gadis yang setengah telanjang dengan sensor di bagian dadanya. Iklan berita tersebut tentu saja menimbulkan penafsiran negatif bagi para pembaca. Penafsiran yang ada kemungkinan seperti ini; foto yang di pasang adalah potongan video seksi tersebut, Dewi Cinta tidak peduli dengan Bulan Ramadhan, Dewi Cinta sengaja membuat video seksi di Bulan Ramadhan. Kenyataannya, setelah membuka tautan berita tersebut, tidak ada berita seperti itu dalam halaman yang terbuka. Tautan tersebut hanya mengarahkan saya pada halaman depan sebuah situs berita selebritis yang lumayan terkemuka (kapanlagi.com).

Dengan judul seperti itu, tidak menutup kemungkinan orang hanya akan menafsirkan berita berdasarkan informasi yang sudah dia dapat dari judul tersebut, tanpa melihat kenyataan yang ada. Meskipun orang yang membuka kecewa karena tidak mendapatkan berita dan juga video seksi yang diinginkan, tetapi penafsiran yang sebelumnya sudah ada akan terus dianggap sebagai kebenaran. Kenyataan yang sebenarnya dari berita tersebut, setelah mencari dari sumber berita yang lain, adalah Dewi Cinta merupakan penyanyi yang memang mengeluarkan video, tetapi video tersebut adalah video klip dan bukan video pribadi. Unsur di video tersebut memang menonjolkan keseksian, tetapi, menurut Dewi Cinta, video tersebut masih berada dalam jalur yang tepat dari sisi seni sehingga tidak ada yang bisa dipermasalahkan. Selain itu, Dewi Cinta adalah penyanyi yang memang gemar menonjolkan keseksiannya di dunia hiburan tanah air sehingga tidak ada kejutan berarti dalam rilis videonya tersebut. Kemudian terkait dengan Bulan Ramadhan, menurut Dewi Cinta lagi, tidak ada kesengajaan dalam rilis videonya tersebut. Waktu perilisan video tersebut karena mengikuti jadwal yang sudah diatur oleh label yang menaunginya.

Permasalahan dalam judul berita ini adalah, ketika judul tersebut telah membuat pembaca menginterpretasikan berita tanpa membaca fakta yang ada. Akibatnya bisa bermacam-macam, dari stigma negatif yang disematkan pada Dewi Cinta, hingga cemoohan yang berujung pada ancaman akibat dianggap menodai kesucian ramadhan bisa saja terjadi. Hal ini menandakan ada sesuatu yang salah dalam judul berita tersebut. Mungkin Friedrich Nietzsche pernah berkata "There are no facts, only interpretations", tapi saya yakin interpretasi yang dimaksudkan Nietzsche adalah interpretasi dari fakta-fakta yang ada dan bisa dipertanggungjawabkan, dan tidak ada yang lebih buruk daripada interpretasi yang berdasarkan pada sesuatu selain fakta-fakta yang ada.

Pada akhirnya, kepekaan dari pembaca di dunia maya menjadi sangat penting. Kepedulian untuk mencermati judul yang ada dan membaca keseluruhan isi berita tanpa membuat kesimpulan yang terburu-buru akan membantu para pembaca dunia maya menjadi orang-orang yang lebih bijak dalam mencermati setiap fenomena di masyarakat, dan tentu saja akan mempengaruhinya dalam bertindak ataupun berpendapat, baik di dunia maya ataupun nyata.


-Tamat-


(ditulis oleh mahasiswa hubungan internasional yang mulai merasa menjadi mahasiswa komunikasi setelah tulisan ini diposting)

Berita Kita Hari Ini (bagian 1)

Saat ini media sosial sudah menjadi sesuatu yang digandrungi banyak orang. Facebook dan twitter sudah menjadi halaman wajib yang ada di jendela perambah orang yang melakukan aktivitas dunia maya. Semakin hari, semakin banyak orang yang kecanduan media sosial (termasuk saya), dan kecanduan ini membuat orang-orang menjadi malas mencari, membaca, dan mengedarkan informasi dan berita lewat dunia nyata. Kepraktisan, keffisienan, dan harga yang murah adalah alasan utamanya. Perkembangan media sosial ini juga didukung dengan perkembangan teknologi yang berkembang pesat. Semakin pintarnya telepon genggam yang digunakan manusia membuat akses informasi melalui dunia maya semakin mudah. Belum lagi dengan adanya komputer ukuran kecil (yang biasa disebut tablet) menambah kenyamanan para peselancar dunia maya ini.

Media sosial dan teknologi telah menjadi pasangan yang mesra. Manusia kini mengandalkan kepraktisan "pasangan" baru tersebut untuk mencari informasi. Orang-orang mulai beralih dari membaca koran setiap pagi menjadi memperbaharui status halaman facebook dan twitternya, atau sekedar melihat aktivitas yang terjadi di dunia maya. Namun, lama kelamaan orang-orang akan menjadi bosan melihat dan melakukan aktivitas yang begitu-begitu saja. Manusia membutuhkan informasi yang segar setiap harinya, dan tentu saja dari sumber yang dapat dipercaya selain teman-teman di facebook atau pengikut di twitter. Manusia membutuhkan berita dan informasi lainnya, tapi tetap tidak menghilangkan kepraktisan yang sudah dirasakan saat ini.

Koran sebagai penyalur informasi dan berita menjadi salah satu media yang harus menyesuaikan dengan hal tersebut. Koran, mau tidak mau, harus tetap menjadi penjamin tersedianya berita dan informasi bagi masyarakat, tetapi juga harus tidak mengganggu dan mengurangi kenyamanan masyarakat akan nilai-nilai kepraktisan dan keefisienan yang sudah dianut saat ini. Pasalnya, koran model konvensional, dengan kertas, telah dipertanyakan keefektivannya. Ukuran yang besar dan mudah kusut menjadi masalah. Selain itu, penggunaan kertas dianggap dapat merusak ekosistem bumi yang kita cintai bersama ini.

Demi memenuhi tuntan tersebut, kantor-kantor berita -nasional maupun internasional- kemudian membuat situs berita di dunia maya yang diharapkan mampu memenuhi kebutuhan "manusia dunia maya" akan informasi yang terpercaya. Situs-situs berita menjadi semakin banyak dan semakin beragam. Orang-orang yang aktif di dunia maya dapat dengan mudah mendapatkan informasi yang diinginkannya. Kantor-kantor berita juga berbenah, kebutuhan akan biaya operasional kini tidak lagi bergantung pada hasil penjualan koran dan iklan di koran saja, tetapi juga iklan-iklan di situs beritanya. Permasalahan dimulai disini, jadilah situs berita lebih banyak iklan yang ditampilkan daripada berita yang disampaikan

Permasalahan tidak berhenti disitu, persaingan yang ketat antar situs-situs berita mengharuskan setiap situs berita menjalanakan promosi yang kuat pula. Situs-situs berita online kini mulai aktif dalam jejaring sosial seperti twitter dan facebook. Lewat twitter, situs-situs berita memperbaharui setiap informasi yang ada melalui lini masa para pengikutnya, dan lewat facebook situs online yang sudah dikenal menyebarkan informasi lewat halaman beranda teman-temannya. Hal ini sebenarnya berdampak positif bagi persebaran informasi. Orang-orang akan semakin terbaharui (up to date) informasi yang diterimanya. Namun, keterbatasan penggunaan karakter kata di media sosial mengharuskan situs-situs berita menggunakan judul-judul yang sering kali berbau kontroversial sehingga orang menjadi tertarik dan penasaran untuk membaca. Hal ini sering terjadi di twitter dan promosi berita pada jendela facebook sebelah kanan (kadang disertai foto sensual yang tidak ada sangkut pautnya dengan berita). Permasalahan ini semakin pelik ketika pembaca --yang semula mencari informasi yang lengkap -- menjadi merasa terpenuhi hasrat keingintahuannya setelah hanya membaca judul dan melihat foto yang disampaikan.

Kamis, 25 Juli 2013

Mimpi Listrik Mati

Sekarang bayangkan seluruh Indonesia ataupun dunia aliran listrik hanya sampai jam delapan malam, setelah itu listrik akan dipadamkan, hanya lampu-lampu jalan dan bangunan publik seperti rumah sakit dan kantor polisi yang menyala. Televisi di rumah-rumah mati, radio juga, leptop yang baterainya soak tidak bisa dipakai, leptop yang baterainya bagus hanya bertahan paling lama enam jam, handphone juga begitu. Semua kenyamanan yang ada di dalam rumah mati. Suram? Gelap? Saya rasa tidak. Justru dengan tidak adanya listrik semua jadi lebih baik. Bapak-bapak tidak sibuk kerja dengan leptopnya, ibu-ibu tidak sibuk dengan televisi dan sinetron, anak-anak tidak bermain sendiri dengan Play Stasion ataupun smartphone yang gamenya banyak. Bapak-bapak kumpul di pos ronda, main gaplek, ngobrol sambil jaga lingkungan karena takut dalam situasi gelap ada pencuri, ibu-ibu duduk-duduk di beranda tetangga sambil ngegosip karena takut sendirian dirumah, anak-anak keluar bermain pedang-pedangan ala star wars dengan senter di dekat lampu jalan. Tidak ada yang jalan sendiri-sendiri, tidak ada yang sibuk sendiri. Oia satu lagi, kalo tidak ada lampu bintang jadi kelihatan indah sekali.

Tapi karena saya tidak bercita-cita jadi dirut PLN atau presiden, sepertinya itu hanya mimpi, ya hanya mimpi.


Rabu, 24 Juli 2013

Jujur

terkadang harus ada yang tidak perlu disampaikan agar orang-orang dapat tetap tidur nyenyak setiap malam, meski itu berarti sebuah kebohongan, tapi sebuah kebohongan tidak akan meruntuhkan sebuah keyakinan. Keyakinan tidak selalu dibangun dari sebuah kejujuran, harus ada setidaknya sebuah kebohongan untuk mempertahankan keyakinan yang sebelumnya sudah dibangun dari kejujuran. Saat kejujuran dilakukan berlebihan maka akan menciptakan kesakitan melebihi kebohongan yang terlanjur disampaikan. Percayalah saya tidak bohong, karena saya sedang puasa.

Minggu, 21 Juli 2013

tersesat

saya sudah berpikir, dan saya rasa ada beban moral tersendiri apabila sesuatu tidak ada unsur manfaatnya sedikitpun. Entah untuk pelarian ataupun keisengan, tapi jika sesuatu itu tidak berdampak apa-apa, maka itu tidak berguna. Tapi permasalahannya adalah ketidakbergunaan itu tidak batas yang jelas, karena setiap aturan menentukan batasan kebergunaannya sendiri-sendiri. Contoh, menulis yang galau-galau dengan bumbu cinta-cintaan bagi sebagian orang itu tidak ada manfaatnya, tapi bagi sebagian lain ada manfaatnya. Jadi cara mencapai kebermanfaatan atau kebergunaan untuk semua itu bagaimana?  Sekarang saya jadi bingung mau  apa lagi. Saya tersesat dalam pikiran saya sendiri

Permainan Penjajah (hahaha)

Percakapan kemarin sore dengan teman-teman saya berhasil menyimpulkan bahwa monopoli adalah permainan yang mendidik kita untuk menjadi kapitalis. Siapa yang tidak tahu monopoli. Permainan yang bertujuan untuk menguasai semua petak di atas papan melalui pembelian, penyewaan dan pertukaran properti dalam sistem ekonomi yang disederhanakan adalah permainan yang sangat populer. Di dalam petak-petak itu biasanya disematkan nama-nama negara atau, di dalam monopoli yang banyak beredar di Indonesia, berisi nama wilayah-wilayah di Indonesia.

Permainan ini membimbing kita untuk menguasai segala hal demi mencapai kemakmuran. Lihat disana ada wilayah-wilayah, perusahaan air, bandara dan pelabuhan. Keuntungan akan semakin besar jika kita bisa menguasai semuanya, tanap memikirkan orang lain. Belum lagi jika kita bisa membangun hotel kemudian pemain lain secara tidak sengaja singgah di hotel tersebut, maka akan semakin banyak uang yang didapat. Itu semua mengisyaratkan satu hal, yaitu permainan ini membimbing kita menjadi orang-orang yang seperti penjajah yang harus menguasai semuanya demi mendapat uang dan kekuasaan. Dan orang yang seperti itu tidak baik.

jadi berhati-hatilah dalam bermain monopoli kawan.

Jumat, 19 Juli 2013

Bicara Cinta



Saya benci kata rindu, karena rindu mengharuskan adanya jarak. Lihat banyaknya kata rindu yang di kata sepasang kekasih yang berjauhan. Bukankah sangat jarang seorang pasangan yang berhadapan di restoran memegang tangan pasangannya lalu berujar, "aku rindu padamu sayangku". Jika kata itu keluar, menurut saya itu seperti kalimat satir, yang menyindir pasangannya karena telah berubah sikap atau perhatiannya, dan itu berarti telah tercipta jarak diantara keduanya. Kata rindu juga mengisyaratkan sebuah ketidakmampuan untuk mencapai sesuatu. Lihat pepatah, bagai punguk merindukan bulan, dan lihat bagaimana kata rindu dijadikan sebuah penggambaran kemustahilan.

Saya tak mau merindu, seperti mereka yang tengah terpisah. Saya ingin mencinta tanpa rindu, karena saya ingin memiliki setiap jengkal tubuh wanita yang saya cintai. Jika di kata ini nafsu, ya, saya mungkin bernafsu, tapi setidaknya nafsu untuk mencintai. Bagi saya, sangat tidak mungkin orang hanya ingin memiliki sukma, tanpa raga, atau mencintai tanpa memiliki. Karena cinta yang sebenarnya mengharuskan adanya percampuran antara pria dan manusia yang berarti kepemilikan antara satu dan lainnya. Bukankah istilah untuk anak manusia adalah buah cinta? Jadi mengapa masih mempertanyakan bagaimana cinta yang sebenarnya? Masih tidak percaya bahwa cinta mengharuskan kepemilikan raga? Mungkin kisah cinta romeo dan juliet bisa menjelaskan. Dalam kisah cinta yang sering dianggap kisah cinta suci ini, lihat bagaimana juliet bunuh diri setelah tahu pasangan terkasihnya, romeo, mati. Mungkin juliet resah, tak bisa memiliki raga pasangannya. Bisa juga dia putus asa, karena takut kerinduannya tak bisa tersalurkan.

Jadi, ketika ada cinta yang tidak tersampaikan, sudah saatnya berpaling dan mencari cinta lain yang memungkinkan untuk menjalin sebuah hubungan yang bisa berakhir dengan kebahagiaan.

Rabu, 17 Juli 2013

Wanita

Wanita itu hebat, diatas laki-laki, anak-anak saja lahir dari wanita, bukan laki-laki.
Wanita itu istimewa, diatas laki-laki, Tuhan saja menitipkan calon manusia lewat wanita, bukan laki-laki
Wanita itu kuat, lebih kuat dari laki-laki, habis melahirkan saja tersenyum, tidak seperti laki-laki yang menangis setelah disunat.
Laki-laki juga banyak takluk di kaki wanita, Mark Anthony, Samson, dan bapak saya contohnya.

Akhir-akhir ini banyak wanita menggugat, minta tempat setara laki-laki. Selama ini wanita selalu dipandang lemah dan tidak berdaya dibawah laki-laki, katanya.. Aturan-aturan budaya jadi buktinya. Mereka bilang, wanita selalu saja di batasi ruang geraknya, selalu dianggap lemah dan tidak berdaya itu kata mereka. Laki-laki jadi pesakitan, dianggap penindas tak bermoral yang hanya doyan vagina.

Laki-laki takut, jadilah wanita setara. Wanita bebas bisa apa saja. Apa jadinya? banyak wanita tak mau lagi mengadung, takut terhambat aktivitasnya. Tak mau lagi menyusui, takut kempes payudaranya. Kasian bayi-bayi tak berdaya, tak tau harus menyusu sama siapa. Kasian pria-pria, tak tau harus punya anak dari siapa.

Wanita itu istimewa, di batasi geraknya bukan dia lemah, tapi karena laki-laki takut kehilangan.

Selasa, 16 Juli 2013

Egoisme saya

(dulu) Naik gunung atau mendaki gunung (lewati lembah) dahulu adalah kegiatan yang tidak diminati banyak orang. Malas, takut, dan tidak mau repot adalah alasan utamanya. Para pendaki gunung, entah penikmat alam atau pencinta alam, tak jarang mendapat julukan orang yang aneh, karena rela merepotkan diri dengan kegiatan itu. Mulai dari persiapan mendaki hingga selesai mendaki, kita akan di hapadakan pada kerepotan yang luar biasa. Mulai dari sebelum mendaki, fisik, mental, barang bawaan, informasi medan, dan kondisi cuaca di gunung yang akan didaki harus dipersiapkan dengan matang, karena jika  gagal memprediksi kondisi cuaca atau medan, bisa-bisa mati di gunung atau tersesat, dan mungkin di sembunyikan jin (ini pernah terjadi). Saat mendaki lebih sulit, yang dihadapi adalah hawa nafsunya sendiri, seperti kata Nabi Muhammad, musuh terbesar manusia adalah hawa nafsunya sendiri. Keluar dari kondisi nyaman, dan mengalahkan ego harus di lakukan. Setelah mendaki adalah fase yang paling sulit, karena manusia akan sulit menghapus memori-memori indah dan romantisme kebersamaan saat di gunung (tssaah).


eiitss. Itu dulu. Sekarang sudah beda. Naik gunung sekarang sudah banyak peminat, tapi anehnya cuma gunung Semeru yang banyak peminat. Bagaimana gunung-gunung lain? tetap sepi seperti biasa. Sedikit informasi tentang Semeru, gunung ini adalah gunung vulkanik aktif yang tertinggi di Pulau Jawa dengan ketinggian mencapai 3.676 dpl. Sebagai seorang pemuda yang pernah mengikuti kegiatan pencinta alam di SMA, Gunung Semeru adalah gunung impian untuk membuktikan diri pada orang-orang, selain karena ketinggiannya, persiapan fisik, mental, cuaca dan medan menjadi tantangan tersendiri. Seorang pendaki pemula, seperti saya, harus mencoba gunung-gunung lain dahulu sebelum mendaki gunung ini agar bisa menyesuaikan diri. Namun sekarang, mendaki gunung Semeru sepertinya mudah. Terbukti semakin banyak orang sudah mencapai puncak gunung Semeru. Meskipun rata-rata baru pertama kali naik gunung, banyak dari mereka berhasil.

Saya sekarang jadi bingung cara membuktikan diri. Puncak mahameru sudah tidak lagi seperti dulu. Sudah ramai orang, sudah banyak foto dan cerita tentang mereka yang sudah mencapai puncak ini. Saya ingin menghujat orang-orang yang tidak pernah ke gunung, lalu tiba-tiba naik ke gunung Semeru, tapi apa hak saya. Saya malas dibilang egois karena merasa gunung Semeru hanya milik orang yang sudah sering naik gunung. Ah Biarlah.

Minggu, 14 Juli 2013

hantu (hahaha)

aku dan kau duduk berdua
saling melempar muka ke jendela
menatap senja dari utara.

aku dan kau duduk berdua
tak berkata, tak juga menyapa
karena kita beda dunia.


Arti dan Makna

Saya merasa banyak tulisan saya disini tidak ber-arti. Banyak tulisan disini hanya berisi ocehan-ocehan, ungkapan tak berdasar, dan kata-kata yang dirangkai seperlunya. Itulah mengapa banyak yang tidak tertarik membacanya, hanya saya dan beberapa orang yang tersesat di dunia maya yang membaca tulisan ini (bisa tidak dihitung). Anehnya, saat-saat pertama go-blog, saya sangat mengharapkan orang membaca tulisan saya. terbukti dari banyak link-link tulisan di sini yang saya posting di halaman jejaring sosial. Semakin kesini, saya semakin sadar bahwa sebenarnya mengaharap orang membaca tulisan-tulisan disini adalah sebuah pemaksaan yang tak akan pernah berhasil. Bagaimana mereka mau membaca jika mereka tidak mengerti apa yang dituliskan?
 
Kita cenderung mencari arti dari sesuatu, mendefinisikan setiap rangkaian kata dengan batasan "apa yang kita tahu" bukan "apa yang kita ingin tahu".  Karena memang dengan batasan itu semua akan berujung dan berkesudahan. Tapi batasan itu hanya mampu memenuhi hasrat keingintahuan dalam tingkatan "arti" bukan "makna". Kata "makna" mengacu kepada sesuatu yang lain, sesuatu yang tak bisa diucapkan dengan bahasa sehari-hari -- juga yang tak bisa ditangkap makhluk yang rasional di bumi. Dengan kata lain, tulisan yang hanya ber-arti tanpa mampu menyampaikan makna akan lebih banyak diterima daripada tulisan yang tak ber-arti tapi bermakna dalam. Dan saya rasa itu cukup menjelaskan mengapa tulisan dwitasari lebih populer dibanding tulisan avianti armand atau goenawan muhammad.

tapi, apa tulisan saya disini bermakna? saya tidak berani berharap banyak akan hal itu




istilah penting :

"Makna" tak biasa dipakai dalam percakapan sehari-hari; ia muncul dalam retorika, puitis dan sedikit arkais. "Arti" kita jumpai kapan saja, tapi bisa mengandung sesuatu yang penting. (disadur dari tulisan Goenawan Muhammad dalam catatan pinggir pada Minggu, 23 Juni 2013)

Sabtu, 13 Juli 2013

pemanis buatan

Kenapa selalu ada kata pemanis di dunia ini. Kenapa setiap orang selalu mengawali penolakan dengan kata sebenarnya kamu punya potensi, sebenarnya kamu pandai, sebenarnya kamu bisa, dan kata-kata pemanis lainnya. Kemudian di negasikan dengan kata tapi, sayangnya, dan namun. Kenapa tidak berkata saja yang seadanya. Katakan tak mampu jika memang tak mampu, katakan gagal jika memang gagal. Bukankah kata-kata pemanis itu seperti menebarkan benih yang sebenarnya telah gagal tubuh? Bukankah kata-kata kososng seperti itu tidak akan mampu membawa jiwa-jiwa yang gagal kearah yang lebih baik? Terlalu sering kata-kata pemanis itu diucapkan. Dalam eliminasi acara televisi, kata-kata seperti itu sering dilontarkan kepada peserta yang gagal bersaing, kemudian dibalas senyum lirih oleh peserta yang gagal itu. Masih pentingkah kata-kata itu? atau itu hanya upaya untuk menghibur hati yang duka?

saya tidak tahu, tapi nanti saya ceritakan saat saya mendapat kata-kata itu.

Jumat, 12 Juli 2013

hikmah

Saya pernah termakan amarah, waktu masih kelas lima SD. Saya sedang bermain bola, kemudian dari belakang ada ejekan dan karet gelang yang meluncur mengenai tangan dan hati saya. Saya marah, berbalik badan, mengambil batu sebesar kepala anak TK, datang ke anak yang melakukan itu, dan mereka adalah anak kelas enam. Saya lempar batu ke sebelah kepala mereka, mereka yang pada waktu itu duduk bersandar pada dinding menjadi terkejut. belum sempat mereka berdiri, saya tendang kepala mereka semua. Ada seorang yang sempat bangun dan ingin melawan, saya pukul kepalanya dan kemudian semuanya berkumpul dan menenangkan saya. Sejak saat itu saya berpikir, ternyata amarah bisa jadi energi yang sangat kuat dan juga berbahaya. Bisa dibayangkan jika lemparan saya mengenai kepala salah seorang dari mereka, atau tendangan saya membuat mereka buta dan sebagainya. Masalah bisa panjang.

Amarah bisa sumber kekuatan yang tidak bisa dilawan. Dengan amarah banyak terjadi reformasi sampai revolusi, tapi disis lain amarah juga membawa dampak buruk. Banyak manusia yang termakan amarah menjadi manusia-manusia yang pembenci. Membenci segala seusatu agar rasa amarahnya dapat tersalurkan. Dan saya rasa itu tidak bagus.

Rabu, 10 Juli 2013

Cerita Sore Hari

Akhir-akhir saya tertarik dengan masalah PKI, terutama masalah pembantaian yang dilakukan oleh ormas-ormas di Indonesia terhadap orang-orang yang dituduh komunis, pendukung komunis, baik orang awam dan intelektual, pasca kejatuhan partai yang dianggap anti-agama ini. Ketertarikan saya timbul akibat salah satu film dokumenter yang berjudul The Act of Killing atau Jagal, dalam rilisnya di indonesia. Film ini kurang lebih menceritakan tentang pembunuhan atau penghabisan anggota-anggota PKI di Medan, Sumatera Utara oleh Pemuda Pancasila. Tapi, saya tidak akan bercerita tentang film ini. Saya lebih tertarik dengan pembantaian PKI di daerah saya SItubondo. Sekedar informasi, Situbondo adalah sebuah kabupaten kecil di Jawa Timur yang merupakan basis pendukung dari partai PKB dan Nahdatul Ulama. Pada saat saya kecil, banyak cerita-cerita tentang penemuan tulang manusia di daerah tempat saya tinggal sekarang. Tulang bekas anggota PKI katanya. Selain itu, di daerah saya ada sebuah jurang yang namanya Corah Tangis, atau Jurang Tangisan. Dari cerita-cerita yang berhasil saya dapatkan, dinamakan seperti itu karena jurang itu adalah tempat pembuangan para komunis, atau setidaknya dianggap demikian. Para korban pembantaian, yang dulu dianggap tersangka, itu disiksa lalu dibuang di jurang itu. Kebanyakan dari mereka tidak mati sehingga yang terjadi adalah tangisan-tangisan menyesakkan dari bawah jurang. Anehnya, banyak yang tau itu dan tidak banyak dan mungkin tidak ada yang mau menolong.

Berbeda dengan Sumatera Utara yang pembantaiannya dilakukan oleh ormas Pancasila, di Situbondo pembantaian dilakukan oleh pemuda-pemuda Ansor yang merupakan organisasi pemuda di bawah NU. Tugasnya sederhana, tangkap, siksa, bunuh, buang. Saya tidak tau berapa banyak korban yang mati di Situbondo, tapi yang jelas banyak korban yang mati dan menjadi mati, sampai-sampai jurang itu menimbulkan suara tangisan. Permasalahannya adalah, banyak masyarakat di daerah tidak tau bahwa organisasi yang di ikutinya adalah bagian dari partai komunis. Contohnya adalah nenek saya sendiri yang baru tau bahwa Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia) adalah bagian dari PKI, cerita dari kakek saya tentang saudaranya yang merupakan anggota dari BTI (Barisan Tani Indonesia) harus meminta ampun saat diinterogasi oleh sekelompok orang yang pada waktu merazia anggota-anggota PKI. Banyak petani-petani di desa lebih tahu BTI adalah Barisan Tani Islam dan tidak ada sangkut pautnya dengan PKI ataupun komunis. Fakta-fakta ini mencengangkan, mengingat pembantaian yang dilakukan ini tidak mengenal siapa, apa, mengapa, asalkan dia bagian dari anggota PKI ataupun organisasi dibawahnya di tangkap, di muat ke atas truk, kemudian tidak kembali. Ini berarti lebih dari separuh orang yang menjadi korban pembantaian adalah orang-orang tidak bersalah dan tidak tahu menahu mengenai duduk persoalannya.

PKI sendiri adalah partai populer pada 50an atau 60an. Massa mereka sebagian besar adalah para petani dan buruh, karena memang PKI selalu mengangkat tema-tema seperti ini. Lambang palu dan arit berlatar belakang merah diidentikkan dengan petani dan buruh. Ide-ide tentang kepemilikan tanah untuk para petani miskin dan menentang pemilik tanah membuat partai ini sangat populer. Wilayah Situbondo adalah daerah yang oleh Belanda dijadikan salah satu daerah penghasil gula, tercatat sekitar lima pabrik gula di wilayah ini yang masih beroperasi hingga saat ini. Jumlah perkebunan tebu yang luas tentu saja berbanding lurus dengan jumlah para petani di wilayah ini. Namun, kepemilikan lahan di wilayah ini sangat di dominasi oleh ulama lokal seperti pengasuh pondok pesantren dan orang-orang dengan gelar haji yang rata-rata adalah anggota NU.

Isu-isu tentang pembagian lahan untuk para petani tentu saja merupakan angin tidak segar bagi para pemilik tanah ini. Seperti peristiwa pembantaian di Sumatera Utara yang dilakukan oleh preman bioskop, karena mereka membenci komunis yang berusaha memboikot pemutaran film Amerika—film-film yang paling populer (dan menguntungkan), faktor ketidaksukaan dan keuntungan adalah motivasi utama pembantaian yang terjadi di Situbondo. Pertentangan yang terjadi di sini tidak lagi antara negara dan musuh ideologi, melainkan isu-isu agama dijadikan "bumbu" manis yang turut memanaskan suasana di Situbondo, dan mungkin juga di Jawa Timur. Islam bersama militer melawan komunis. Tokohnya sudah jelas, NU dengan Ansor-nya bersama anggota militer melawan para petani yang tidak mengerti apa. Hasilnya lebih jelas lagi, PEMBANTAIAN.


NB : tulisan ini masih merupakan tulisan argumentatif  banyak hal yang dipaparkan masih berupa keterangan orang per-orang dan data dari sumber internet dan beberapa buku. Data yang tidak bisa saya dapatkan adalah tentang keterangan dari beberapa orang mengenai keganasan organisasi-organisasi PKI di daerah. Sampai saat ini tidak ada data ataupun sumber dari internet yang berhasil saya temukan yang secara jelas dan meyakinkan mendukung pendapat tersebut. Hal ini mungkin dikarenakan mantan-mantan anggota PKI (yang mengerti dan tidak mengerti) sudah habis dibantai tanpa diadili.

Sabtu, 06 Juli 2013

Kereta Kaki Lima

Sore itu di kereta ekonomi gerbong tiga, saya duduk mengahap jendela, matahari sudah tak terlihat, hanya cahaya merah di barat, benar-benar merah. Ada yang berbeda, matahari tidak biasanya se-beringas itu, biasanya berwarna jingga dengan nuansa hangat sedikit mesra. Oh ia, saya lupa, kaca jendela kereta tidak lagi bening tapi berwarna keuunguan karena di beri lapisan kaca film untuk mengahalang panas matahari katanya. Kereta sekarang tidak lagi panas, sudah pakai AC, jendela-jendela juga tidak bisa di buka. Di dalam gerbong ekonomi yang biasanya pengapnya luar biasa tiba-tiba berubah menjadi sejuk. Anak-anak kecil tidak bisa lagi tertawa-tertawa karena terkena angin dari jendela dan tidak ada ibu yang panik karena anaknya mengeluarkan tangan-tangan kecil mereka dari gerbong. Tapi itu tidak masalah, setidaknya anak-anak kecil itu sekarang bisa tidur dengan nyaman, dan ibu-ibu bisa tenang. Ada lagi yang hilang, pedagang tidak lagi berseliweran, kalaupun ada wajah mereka seperti orang sakit perut dan tak tau dimana toilet, gelisah resah tak tentu arah. Harganya juga tidak seperti biasa rata-rata sudah naik, seribu atau dua ribu. Karena kenaikan BBM? saya rasa tidak. Ini ada bukti transkip percakapan dalam transaksi tawar menawar antara penjual rujak buah dan penumpang kereta.

penjual rujak : rujak.. rujak...
ibu pembeli : bu beli rujak
penjual rujak : ini bu, (sambil menyodorkan satu bungkus rujak buah)
ibu pembeli : (mengambil bungkusan rujak) berapa bu?
penjual rujak : tiga ribu bu, (tersenyum)
ibu pembeli : biasanya dua ribu bu, (menyerngit)
penjual rujak : yang dua ribu itu buah bu, (tidak senyum lagi dan sedikit cemberut), jadi beli berapa bu?
ibu pembeli : biasanya dua ribu kok bu, (mengembalikan rujak dan cemberut)
penjual rujak : (mengambil rujak dan berlalu sambil mengomel) nggak ada yang biasanya bu, biasanya jualan di kereta ini aman, sekarang tidak ka..... (suara tidak terdengar lagi)

dari transkip percakapan itu, sepertinya yang mengganggu mereka bukan harga BBM, bukan juga pembeli yang tidak jadi membeli (mungkin bisa kita sebut calon pembeli) sehingga memberi harapan palsu bagi penjual ini. Dari percakapan itu jelas terlihat bahwa si ibu penjual ini merasa tidak aman lagi berjualan di kereta. Pertanyaannya kenapa merasa tidak aman, padahal berdasarkan pengamatan saya di kereta banyak POLSUSKA (Polisi Khusus Kereta Api), satpam kereta api, dan beberapa anggota TNI, dan mereka membawa senjata, jadi sangat tidak mungkin ada preman ataupun centeng yang berani macam-macam. Kemudian, saya ingat berita kemarin, bahwa pedagang dilarang berjualan di dalam kereta api, mengganggu kenyamanan katanya. Menurut Asisten Manajer Humas Daop VI Yogyakarta, dia hanya menegakkan UU Nomor 23 tahun 2007 Pasal 90 tentang Perkeretaapian, yang memuat klausul bahwa pedagang dilarang berjualan di dalam gerbong kereta baik yang sedang berjalan atau berhenti di stasiun (dari Kompas, 5 Juli 2013). Selain itu, Juru bicara PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasi VII Madiun, Sugianto, menegaskan pihaknya tetap menerapkan larangan bagi pedagang asong sesuai Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian dan sejumlah aturan teknis lainnya. “Tidak hanya pedagang asong, siapa saja yang tidak bertiket dan mengganggu perjalanan kereta dan kenyamanan penumpang, akan ditindak,” katanya. (dari Tempo, 7 Juli 2013)

Sebenarnya dalam pasal 90 undang-undang tersebut tidak secara tegas mengatakan bahwa pedagang kaki lima dilarang berjualan di dalam kereta api. Pasal 90 sendiri mengatur tentang hak dan wewenang penyelenggara perkeretaapian, yaitu perusahaan perkeretaapian dan negara, untuk melakukan usaha-usaha pembinaan demi penyelenggaraan perkeretaapian yang efektif, effisien, transparan, dan dapat dipertangung jawabkan. Dalam pasal 90 (c) dijelaskan bahwa penyelenggara perkeretaapian memiliki kewajiban untuk melakukan penertiban terhadap pengguna jasa kereta api, yaitu setiap orang atau badan hukum yang menggunakan jasa angkuta kereta api (penumpang dan pedagang), yang tidak memenuhi persyaratan sebagai pengguna jasa di stasiun. Tapi anehnya, dalam undang-undang ini tidak dicantumkan secara lebih lanjut mengenai syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pengguna jasa perkeretaapian, terutama pedagang asongan. Dalam undang-undang tersebut hanya menegaskan larangan-larangan terhadap setiap orang yang ingin mengganggu kelancaran dan ketertiban perjalanan kereta api, dan lagi-lagi tidak ada penjelasan lebih lanjut mengenai kriteria mengganggu kelancaran dan kenyamanan itu seperti apa. Jika, dikatakan menegakkan aturan dari undang-undang tersebut, maka seharusnya ada kriteria yang jelas mengenai aturan mana yang dilanggar, dan jika diangap pedagang asongan memiliki etiket (langsung atau tidak langsung) mengganggu perjalanan kereta dan kenyamanan penumpang, saya rasa para pedagang asongan tidak punya kuasa yang cukup besar untuk mengganggu perjalanan kereta meskipun ada sedikit ketidaknyamanan yang mereka timbulkan.

Sampai saat ini saya hanya bisa menyimpulkan bahwa kegusaran pedagang kaki lima disebabkan oleh pelarangan tersebut, dan apakah pelarangan tersebut benar atau tidak, saya belum bisa menyimpulkan. Dibutuhkan sumber yang lebih banyak lagi dan waktu yang lebih lama. Semoga nanti saya bisa menjawabnya. Dan semoga cahaya merah matahari senja bukan berarti tanda berhentinya langkah pedagang asongan di dalam gerbong kereta ekonomi ber-AC.



NB : Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian bisa di cari di Google