Senin, 21 Oktober 2013

pagi

saya takut nanti menjadi orang yang selalu ingin sendiri, merasa benar sendiri, tidak ingin dicampuri.
saya takut nanti menjadi orang yang pembenci, suka mencaci, tak tau diri
saya takut nanti mencemooh orang-orang yang peduli dengan kata "urusi urusan dirimu sendiri"

sudah itu saja.

Jumat, 18 Oktober 2013

Pintu Kaca



Setiap manusia pasti punya teman, pasti butuh teman, dan pasti akan (merasa) kehilangan teman. Dan teman adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam hubungan antara sesame manusia. Teman baik, teman jahat, teman lama, teman baru, teman jauh, teman dekat, dan semua penggolongan tentang teman juga menjadi bagian penting dalam membangun sebuah hubungan pertemanan itu. Jika menggunakan teori David Easton, teman itu adalah input tapi juga output dan bahkan mungkin adlah sistem yang mengolah input menjadi input. Mungkin ini njelimet dan ruwet, tapi yang berusaha saya sampaikan adalah hubungan pertemanan adalah sesuatu yang rumit. Tapi, beberapa kejadian dalam hubungan pertemanan saya akhir-akhir ini membuat saya memiliki metafora dalam menggambarkan ke-njelimet-an hubungan pertemanan.

Baiklah,.

Hubungan pertemanan itu ibaratkan pintu kaca. Pintu kaca itu tebal, kokoh dan membuat kita lupa bahwa dia tetap kaca yang mudah retak, pecah, dan hancur. Berbagai benturan yang datang menguji pintu kaca akan mengikis keteguhan pintu kaca hingga dia pecah. Dan kaca yang pecah bukan lagi benda halus bersinar, tapi serpihan-serpihan beling yang tajam yang mudah melukai siapa saja. Seperti kebencian yang muncul karena sebuah kesalahan yang mungkin tidak disadari. Memang selalu ada maaf yang diucapkan dan selalu ada maaf yang diterima. Tapi maaf ibarat perekat serpihan yang tidak akan mampu menemukan serpihan yang hilang, menutupi retakan-retakan yang nampak, dan mengembalikan keadaan yang pasti tidak akan seperti semula. 

Tetapi, pintu kaca yang pernah pecah dan direkatkan akan tetap berfungsi lagi sebagai pintu kaca, kembali terlihat kokoh, terlihat kuat, terlihat tegar, tapi bekas-bekas yang tampak dan sisa-sisa serpihan tajam di lantai menjadi pengingat bagi siapa yang akan masuk dan “menguji”  pintu kaca itu.

Semoga setiap masalah menjadi proses pendewasaan bagi kita semua

Amin.