Jumat, 20 April 2018

Gerimis di Atas Kertas: Rangkuman Kisah-Kisah Cinta Manusia

Buku ke-4 yang harus saya baca dan ulas dari Klub Buku Basabasi adalah buku berjudul Gerimis Di Atas Kertas dari A.S. Rosyid. Buku ini bertemakan cinta yang dikemas dalam latar pesisir di sebuah pulau di bagian timur Indonesia, di Lombok tepatnya. Kisah cinta dalam novel ini bisa dikatakan sederhana. Jika harus disebut rumit, satu-satunya kerumitan yang terjadi karena adanya kisah cinta segitiga dan kisah-kisah cinta lain yang tidak berhubungan langsung dengan kisah cinta segitiga itu. Satunya-satunya yang menghubungkannya adalah latar kisah cinta itu berlangsung, yaitu sebuah komunitas baca di salah satu daerah pesisir Lombok. Bagi saya kerumitan ini terjadi disebabkan oleh beberapa hal.

Novel ini mengisahkan tiga kisah cinta dengan tokoh dan cerita yang saling berhubungan. Ada banyak tokoh, tetapi ada dua tokoh utama yang menjadi penghubung sekaligus pengantar cerita, Hasyim dan Royyan. Kisah cinta tak sampai mereka dibeberkan pada cerita pertama. Penulis membuat bentuk penulisan yang berselang-seling, dengan sudut pandang Hasyim sebagai pencerita. Berselang-seling yang dimaksud adalah, si tokoh utama menceritakan dengan alur maju-mundur. Maju pada bagian dia menceritakan kisah anak-anak asuhnya dalam komunitas baca di pesisir, dan mundur ketika dia mengingat-ingat lagi Ayu. Bagi saya bentuk penulisan semacam ini akan sedikit merepotkan jika penulis tidak dibekali dengan kemampuan menyambungkan cerita yang baik. Dan menurut saya ini terjadi, peralihan yang kadang kasar dari Ayu menuju kisah lima anak komunitas baca membuat pengalaman membaca saya tidak terlalu mengenakkan dan membuat gambaran tentang ayu dan lima anak ini menjadi tercampur-campur. Setidaknya dalam kepala saya.

Cerita pertama, selesai dengan pernikahan Ayu dan Hasyim, setelah melalui perjuangan yang menyakitkan dari Royyan dan penantian yang tak putus dari Hasyim. Memasuki cerita kedua, pembaca disuguhkan dengan tokoh baru, yaitu Fajar dan Tata. Kisah cinta Fajar dan Tata ini disambungkan dengan cerita pertama dengan memasukkan tokoh Royyan sebagai sahabat Tata. Sepertinya dengan memasukkan kisah Royyan dan Hasyim dalam kisah Fajar dan Tata, penulis seolah berusaha untuk terus mengikat pembaca tentang kisah yang tak sampai, tentang sakit hati. Lalu kemudian membalik emosi pembaca dengan akhir yang bahagia. Sayangnya bagi saya sedikit memaksakan karena kisah Tata dan Fajar memiliki jalan yang hampir serupa dengan kisah Royyan dan Hasyim. Fajar dan Hasyim sama-sama memiliki luka dan kenangan tentang masa lalu, sedangkan Tata dan Royyan, terlepas mereka adalah teman, memiliki sebuah cara pandang yang hampir dalam memandang orang yang dicintai. Mereka seolah sama-sama yakin bahwa Fajar atau Hasyim adalah lelaki idaman, lelaki yang pantas untuk dimiliki. Perbedaannya hanya terletak pada sudut pandang yang dihadirkan oleh penulis. Cerita pertama sudut pandang tokoh laki-laki, sudut pandang kedua sudut pandang si wanita. Pertanyaan yang cukup menganggu saya sebenarnya untuk apa menyambungkan kisah yang memiliki logika kejadian yang sama?

Buku ini ditutup dengan kisah ketiga yang berjudul Cakwe di Kota Tua. Bagian ketiga ini berbeda dengan bagian pertama dan kedua. Tidak ada lagi Hasyim, Royyan, ataupun Tata. Muncul tokoh baru dan cerita baru. Dalam bagian ketiga ini ada perbedaan tentang kisah cinta yang diceritakan. Bayu, sebagai tokoh utama, mengejar cintanya dengan cara yang tidak biasa. Alih-alih mendekati dan menyatakan cintanya secara langsung kepada Sastri, Bayu membangun cinta melalui warung Cakwe yang akhirnya tidak hanya mengikat Sastri, tetapi juga tokoh lainnya. Berbeda dengan kisah cinta pertama dan kedua yang dibayangi oleh masa lalu, pada cerita terakhir kisah cinta berjalan lurus. Sisipan kisah sejarah hanya menjadi polesan yang sebenarnya tak terlalu meperkuat cerita. Bagi saya, cerita ini seolah ditempatkan penulis sebagai sebuah gambaran tentang berbagai macam jenis cinta yang mungkin dialami manusia: cinta yang kandas seperti kisah Royyan dan Hasyim, cinta yang setia seperti Hasyim pada Ayu, cinta yang penuh ketakutan seperti kisah Fajar dan Tata, dan terakhir kisah cinta yang lancar dari awal sampai selesai seperti kisah Sastri dan Bayu.



Gerimis di Atas Kertas
A.S. Rosyid
Penerbit Basabasi, 2017