Sabtu, 30 Agustus 2014

Bertiga

Aku masih ingat di kamis yang lampau kita berjalan; di bawah bintang, tak bergandeng tangan,  tak bertatapan. aku ingat kita masih meresapi lakon yang bahkan kita berdua tak mengerti apa artinya.
Aku mengajakmu bicara, tapi kau memilih berbincang dengan sepi. Di kamis yang lampau itu pula aku selalu ingat bahwa kita tak selalu berdua. Kita bertiga.

Antara Ardilla dan Frau

aku ingin berbulan madu di atas pelangi, kau ingin menjadi pasangan pertama yang bercinta diluar angkasa, ohh sayang, kita terpisah dua generasi.

Selasa, 26 Agustus 2014

15 menit perjalanan

langit masih terang, sore belum datang, anak-anak bermain di halaman, yang lain mengamen dijalan. Mobil berderu kencang, motor maengikuti di belakang, sepeda tak bisa menyebrang, tukang parkir duduk menunggu panggilan. Ada gelandangan terpejam, berdiri, memegang pagar, padahal hari masih terang. Saya lewat di seberang, menatap bosan tanpa rasa heran. Mungkin dia kelelahan atau dia jarang makan. ahh, saya masih tak heran.

hal-hal

ketika seorang manusia terjebak dalam kegagalan yang diulang-ulang, apa ungkapan yang tepat untuknya selain bodoh? ketika manusia berhenti bertanya karena terlalu sering ditanya mengapa ia selalu bertanya, apa ungkapan yang tepat selain bodoh? dan ketika manusia yang mencintai manusia lainnya tanpa mencintai dirinya sendiri, apakah ia juga bisa disebut bodoh?

Senin, 11 Agustus 2014

Eko Budi Hartono

Dua hari setelah ulang tahunnya, Eko Budi Hartono wafat di Samarinda karena serangan jantung. Sehari sebelumya, di malam hari, dia datang ke kantornya bersama satpam menonton pertandingan catur antara temanya dengan temannya yang lain. Dua hari sebelumnya, dia berulang tahun dan membagi-bagikan lontong kaldu ke tetangga di sekitar kontrakannya. Tiga hari sebelumnya dia kecelakaan dan mengalami sedikit lecet di bagian paha, tapi esoknya dia pulang dan kembali bercanda. Seminggu sebelumnya dia datang ke rumah temannya dan bercakap-cakap tentang keraguannya akan umurnya yang tak sampai empat puluh tahun. Sekitar lima tahun sebelumnya dia mengajarkan saya membaca peta dengan metode back azimuth, cukup menarik tapi tidak terlalu sering saya gunakan. Di hari yang berbeda di tahun yang sama, dia menceritakan pengalamannya mendaki gunung, melakukan ekspedisi tujuh puncak jawa, dan menjadi tim relawan SAR di gunung Argopuro. Beberapa tahun sebelum tahun itu, dia masih kuliah dan belum lulus, bercerita tentang kuliah yang terhambat karena mengikuti eskavasi di trowulan, membuka warnet, dan susur sungai mencari jejak-jejak purbakala sebagai bahan skripsi. Masih di tahun yang sama dan hari yang berbeda, dia menunjukkan cerpennya, romantis dan tragis. Tiga puluh enam tahun kemudian, dia wafat, meninggalkan keluarga yang bersedih, anak-anak yang masih tak tau apa yang terjadi, istri yang menangis semalam penuh, mimpi-mimpi menjadi arkeolog, dan semangat untuk membuat cerpen yang romantis dan tragis.

Untuk Eko Budi Hartono alias Crayon alias Asraf alias Ayah alias Mas Eko alias Om Eko.

iseng

apa kabarmu? lama tak mendengar berita tentang mu. Apa kamu sudah dimakan hantu? atau aku yang sedang dimakan rindu? aku tak tau