Jumat, 29 Maret 2013

Hak Tuhan

malam itu, selasar depan musholla.

dia bertanya,"apa orang yang beragama selain agama Islam, jika melakukan sebuah kebaikan mendapat pahala??"

"tentu saja tidak", dan dia sedikit terharu dengan jawaban itu.

dia bertanya lagi, "apa Allah setega itu, membiarkan orang-orang baik masuk neraka-Nya, hanya karena tidak menyembahnya? apa Allah se-egois itu?"

"Dia bukan egois, hanya saja....." sedikit melihat kelangit, "mungkin Dia hanya menjalankan apa yang sudah Dia putuskan dahulu"

"Dia kan punya gelar Maha Kuasa, kenapa Dia seolah tidak punya kuasa untuk merubah keputusan-Nya?"

"Apa kamu lupa, jika Dia juga punya gelar Maha Pemelihara?" sedikit asal, "jadi Dia akan terus memelihara apa yang sudah diputuskan"

dia mengangguk, entah, mengerti atau masih mencerna kalimat asal barusan.

"Allah kan satu-satunya dzat yang bisa membolakbalikkan hati manusia, kenapa tidak Dia balik hati orang-orang yang bukan islam supaya jadi islam? minimal orang-orang yang berbuat baik dan dekat dengan-ku" dia semakin penasaran

"kenapa sekarang kamu yang egois?" dia terdiam, "apa kamu selalu berdoa demikian?"

"iya, setiap malam" jawabnya sambil tertunduk

"berdoalah terus, siapa tahu Allah akan melunak untuk doamu."

dan kemudian kami pulang,



terisnpirasi dari sebuah diskusi di malam paskah, 28 Maret 2013



Manusia dan Uang


Hari ini saya membaca tulisan-tulisan teman saya di blog pribadi mereka, tulisannya bagus, sederhana, dan apa adanya. Mereka menulis semuanya, kehidupan pribadi, lagu favorit, apa yang mereka baca, dan semuanya yang mereka ingin tulis. Setelah membacanya, kemudian teori manusia Indonesia yang suka tiru-tiru melanda saya, saya langsung buka itu Microsoft word, saya mulai mengetik. Satu kalimat pendek, saya hapus, ketik lagi, satu kalimat pendek, saya hapus lagi, terus begitu hingga empat atau lima kali, entahlah, saya lupa.

Dalam kebingungan yang luar biasa, saya sadar satu hal, manusia diciptakan berbeda beda, ada yang bisa menulis, ada yang bisa menggambar, ada yang bisa main gitar, ada yang bisa nyanyi, ada yang tidak bisa semuanya (saya salah satunya), saya mulai yakin menulis bukan kotak yang dibuat untuk saya. Tapi kemudian saya ingat kata pesulap eh presenter gundul yang kondang, dia bilang begini,

“saya punya uang seratus ribu, saya buang dijalan, tetap seratus ribu. Uang seratus ribu tadi saya remas, saya buang dijalan, tetap seratus ribu. Uang seratus ribu itu saya remas, saya injak-injak, saya ludahin, tetap seratus ribu. Itulah manusia.”


Awalnya saya simpulkan manusia itu suka mengambil uang meskipun uang itu sudah kusut dan  bau ludah, dia benar, hebat si gundul ini pikir saya, tapi ternyata saya salah, dia bilang kalo manusia itu diibaratkan uang, yang tidak akan pernah kehilangan hakikatnya sebagai manusia, mau dia cacat, lemah, jelek, tidak bisa apa-apa, dia tetap manusia.


kata-kata itu buat saya yakin, manusia tidak punya keterbatasan, tiap manusia bisa membuat kotak-kotaknya sendiri, dan lepas dari kotak-kotak yang sudah ada sebelumnya. Akhirnya, saya memutuskan untuk mencoba nulis meskipun gak bisa nulis. Tapi masa bodoh, yang penting tulis dulu, diperbaiki kemudian. Siapa tahu saya bisa jadi penulis yang tidak bisa menulis.

ini malam, malam minggu

Ini malam, malam minggu..

Berbeda dengan malam senin, malam selasa, malam rabu, tapi mungkin sama dengan sabtu malam.

Malam ini banyak muda mudi, berbusana rapi, memakai pewangi, berdandan rapi, berseliweran kesana kemari, 


Jalanan ramai sekali.


Saya bertanya, hendak kemana mereka, siapa yang bersama mereka,


Ah itu bukan urusan saya, hidup mereka, hari mereka, malam mereka.


Mungkin mereka ingin melepas lelah bersama teman, sahabat, ataupun yang terkasih.


Ah sudahlah, berhenti memikirkan mereka,


Tapi yang jelas, segerombolan pasangan muda itu berhenti di pinggir jembatan, mereka duduk dibawah lampu jalan yang sudah mati,


Bercengkrama mesra, berpegangan tangan, dan entah sesudah ini hendak apa.


sabtu malam, 9 Maret 2013

Rabu, 20 Maret 2013

Pesan untuk wanita

Wanita adalah bahan pembicaraan setiap laki-laki, dan laki-laki sangat suka membicarakan wanita. Dari wanita alay sampai wanita anggun, dari cara berpakaian sampai cara berbicara, selalu bisa dibahas. Ngomong-ngomong soal cara berpakaian, laki-laki itu memiliki selera yang aneh terhadap cara berpakaian wanita. Para pria sangat suka melihat wanita berpakaian seksi, menggairahkan, atau mungkin lebih tepatnya terbuka, tetapi beberapa pria akan sangat tidak suka jika pacar mereka memakai pakaian terbuka, takut dilihat laki-laki lain katanya.

Satu lagi, laki-laki suka membicarakan wanita cantik berjilbab yang menutup tubuhnya, ingat menutup bukan membungkus, tapi mereka lebih suka membicarakan wanita berjilbab yang membungkus tubuhnya. Akan selalu ada yang dibicarakan, cara memakai jilbab yang tidak benar, celana ketat yang tidak cocok dengan jilbab, dan pakaian yang juga ketat menonjolkan bagian tubuh yang ditutupi oleh kerudung selempangan yang naggung. Memang agak aneh, tapi akhir-akhir ini banyak wanita berkerudung yang membungkus tubuhnya dibalik pakaian ketat dengan hijab yang lagi trend, antara pingin tobat atau mengikuti mode, entahlah. meminjam kalimat teman saya, yang seperti itu namanya pantat yang dijilbap-pin. Agak sarkas, tapi sepertinya benar.

Saya sangat mengapresiasi kemalun mereka ditutupi dan kemauan mereka menutupinya, tapi alangkah akan sangat baik jika mereka (wanita pembungkus tubuh) menentukan pilihan mereka. Bukan bermaksud menilai sepihak, tapi menurut saya, terkadang wanita yang seperti itu justru menodai diri mereka. Mereka tidak siap berkerudung tapi juga tidak siap ketinggalan mode hijab pashima atau apalah itu yang sedang ngetren sekarang, hasilnya celana ketat, pakaian ketat, hijab aneh dengan warna mencolok. Saya hanya ingin mengingatkan pada kalian yang masih ragu, tolong....tolong tentukan pilihan berpakaian kalian, jika ingin berjilbab berjilbablah dengan benar sesuai dengan syariat yang telah dianjurkan, dan jika ingin berpakaian terbuka tanpa berjilbab, lakukanlah seterbuka terbukanya.

Saya bukan risih, hanya agak aneh, toh jika nanti mereka tidak ada lagi saya akan kehilangan objek pengelihatan dan objek penilaian dari pikiran kotor saya.

terima kasih

Alasan Pertama

Setiap orang punya alasan untuk ngelakuin apapun, dari makan sampe tidur, dari bangun sampe lapar, semua adala alasan, termasuk menulis. Bagi saya, Menulis itu hal yang sulit, saya jarang sekali membaca, tidak suka membaca tepatnya dan itu yang membuat saya semakin malas menulis. Tapi, suatu pagi di Musholla kampus, saya tersadar oleh kata-kata teman saya. Dia bilang bahwa menulis itu mencegah pikun dan membuat daya ingat seseorang. Nah, berhubung saya seorang mahasiswa semester awal dengan usia semester enam, mencegah kepikunan dan meningkatkan daya ingat adalah sesuatu yang (sangat sangat) vital. Dan.... inilah saya, mencoba menulis apapun, dari curhatan alay, cerita galau, pesan bijak, tulisan akademik (sepertinya sulit), sampai puisi cinta yang saya akan ambil dari sisa-sisa sms untuk mantan semasa SMA.

Awalnya saya bingung ingin menulis dimana, dibuku harian, waktu nyari gak dapet yang warna pink (bercanda), akhirnya saya putuskan nulis di blog, selain settingnya bisa dibuat warna pink mungkin nanti blog ini bisa buat saya senyum-senyum sendiri kalo saya sudah tua nanti. Saya tak perlu kritik orang-orang yang mungkin membaca tulisan saya, saya tidak butuh penilaian, dalam angka, prosentase, atau kata, yang saya butuhkan hanya doa, doa yang tulus dari orang-orang yang membaca agar saya tidak mudah pikun dan tambah pinter.

pesan bijak : Jangan terinspirasi, mulailah peduli dan sadar bahwa memerangi kepikunan itu penting.