Selasa, 20 Maret 2018

Anak Kecil dan Semut Peliharaan: Sebuah Review

Jose Saramago memulai narasinya dengan nada satir dan cenderung mengejek Tuhan tentang kelalaiannya dalam penciptaan Adam dan Hawa.

"Ketika tuhan, yang juga dikenal dengan nama allah, menyadari bahwa adam dan hawa, walaupun tiap segi dari sosok luarnya sempurna, tidak dapat mengucapkan sepatah pun kata atau mengeluarkan suara paling primitif sekalipin ia jengkel kepada dirinya sendiri, karena tidak ada makhluk lain di taman eden yang dapat disalahkannya atas kelalaian yang sangat terang ini,.."

Dalam narasi awal ini, kita dapat menangkap ia meletakkan Tuhan sebagai sebuah sosok yang cela, pembenci, tapi juga berkuasa. Narasi awal ini setidaknya memberi gambaran bagaiman selanjutnya Saramago  membangun ceritanya. Hubungan Tuhan dan manusia, bagi Saramago seolah hubungan antara anak kecil yang memelihara kandang semut. Tuhan berkuasa dan dapat menentukan hidup semut-semut peliharaannya, dan semut-semut tinggal menjalani hidupnya dalam dunia rekaan si anak kecil ini. Kain, adalah semut nakal, dia menggigit tuhan dengan perdebatannya dengan tuhan setelah pembunuhan habel. Kain layak dihukum, dan perjalanan "membongkar" tuhan dimulai. Dimulai dengan pertemuannya dengan Ibrahim dan kejadian menyelamatkan Ismail, hingga perdebatannya dengan Nuh tentang bahteranya.

Kain, sering dikatakan sebagai sebuah novel yang menghancurkan kesucian tuhan, membunuh tuhan. Mendekonstruksi segala kejadian dalam akitab dan meporak-porandakan semuanya. Namun, dalam pembacaan saya, tidak ada usaha untuk membunuh tuhan, tidak ada usaha untuk mengalahkan tuhan. Kain hidup dalam hukuman dan dia menjalani hukumannya. Satu-satunya yang berusaha dia bunuh adalah rasa bersalahnya setelah membunuh Habel, saudaranya. Meskipun dia tidak pernah berhasil melakukannya.

Kain  membuka ruang yang selama ini tak pernah dibicarakan dalam membicarakan tuhan. Dia menunjukkan bahwa  tuhan yang baik adalah tuhan yang jahat, dia adalah adalah keduanya. Dia maha pengasih, dia maha kuasa, dia juga maha pencemburu. Kain juga menunjukkan bahwa manusia berkuasa atas dirinya, meskipun tetap dalam kuasa tuhan. Ini dapat dilihat dari posisi Kain memiliki kehendak bebas melakukan apapun, pergi kearah manapun, tetapi tetap dalam hukuman/perlindungan dari tuhan.

Pada akhirnya, tuhan adalah hal yang tak pernah selesai. Tuhan mengambil banyak bentuk, baik dzat yang ada diluar diri manusia, ataupun manusia sebagai tuhan bagi dirinya sendiri, dan kesemuanya hidup dalam Kain.







KAIN: PERJALANAN SANG PEMBUNUH PERTAMA
Jose Saramago
Basabasi, Desember 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar