Selasa, 09 Januari 2018

Apa Yang Patut Kita Rayakan? Sebuah Ulasan

Karya eksperimen berarti kebebasan. Kebebasan dalam mengeskplorasi, kebebasan dalam membengkokkan nalar, kebebasan dalam menghancurkan batas-batas genre, sekaligus kebebasan dalam memainkan segala hal, entah kata, tema, bentuk, atau bahkan pembaca. Namun, karya sastra se-eksperimental apapun tetaplah karya sastra, dia diwajibkan untuk indah dan dapat dipahami, dia juga diwajibkan untuk membuka cakrawala baru, membuka pertanyaan-pertanyaan yang tak sempat diungkap sekaligus membuai pembaca agar terus membaca. Maka kelahiran buku semacam ini tentu patut kita rayakan. Tetapi adakah hal lain yang harus kita rayakan? Apakah kebaruan tema yang dia tawarkan? Atau keberanian penulisnya yang mencoba mendobrak pakem penulisan? Atau mungkin kekuatan narasi-narasi yang merupakan pondasi penting dari sebuah karya sastra?

***

Kumpulan cerpen Kamu Sedang Membaca Tulisan Ini adalah kumpulan 25 cerita dalam 219 halaman dari Eko Triono. Kumpulan cerita dari penerbit Basabasi ini disebut Anton Kurnia sebagai sebuah  "novel eksperimental" dalam "teknik metafiksi dan eksperimen bentuk yang imajinatif" sehingga menghasilkan sebuah karya yang "baru kali ini dicoba dalam sejarah sastra Indonesia." Apa yang disebut oleh Anton Kurnia ini tidak salah, tetapi juga tidak sepenuhnya benar.

Dalam Kamu Sedang Membaca Tulisan Ini, penulis memang seolah ingin bermain dengan "cerita." Penulis meletakkan "cerita" sebagai tokoh utama, tokoh pendukung, dan terkadang bagian penting dari cerita yang dia tuliskan. Tema semacam ini memang jarang ditemukan dalam perkembangan karya sastra di Indonesia belakangan ini. Selain itu, dari sisi bentuk, penulis memang mengeksplorasi bentuk-bentuk yang tidak biasa.

Setidaknya terdapat sembilan cerita dengan bentuk tidak biasa, diantaranya:  Cerita Dalam Satu Kata (hal. 15), dimana penulis hanya menulis kata 'cerita', Cerita Dalam Banyak Kata (hal. 16-31), dimana penulis menyusun ceritanya seolah kamus, Cerita Dewasa (hal. 47), dengan bentuk pilihan serupa halaman website dewasa, Cerita Berbingkai-Bingkai tentang Berita Derita Kita (hal. 81) dimana kata-kata dirangkai dalam kotak-kotak yang menyambung-nyambung membentuk sebuah makna yang berusaha disampaikan oleh penulis, cerita dalam bentuk pilihan ganda dalam Cerita dalam Ulangan Harian Kita (hal. 128-132), cerita serupa resep masakan dalam Cerita dalam Resep Membuat Hantu (hal. 133-143), Atirec Malad Mukuh Kilabret (hal. 149-151) dengan membalik seluruh kata dalam cerita, Cerita Yang Mengancam Mendatar dan Mengancam Menurun (hal. 152-158) dan terakhir, Tetapi (hal. 219) yang dibentuk serupa bagian penutup surat sekaligus meneguhkan akhir dari buku ini.

Permasalahannya, permainan bentuk cerita yang dibawa oleh penulis, terlalu fokus pada bentuk yang berbeda saja. Secara personal, bentuk yang berbeda ini tidak membawa pembaca menuju sebuah perenungan panjang tentang sebuah dunia melalui sudut pandang yang berbeda. Bentuk penulisan berbeda yang ditawarkan penulis ini seolah berusaha keras menyembunyikan makna--yang sebenarnya sangat gamblang dan terbuka diungkapkan oleh penulis. Ini bisa dilihat dari Cerita dalam Ulangan Harian, dan Cerita dalam Resep Membuat Hantu. Dalam dua cerita ini sedari awal penulis sudah memberikan batasan interpretasi makna yang ada dalam ceritanya.

Sedangkan dalam Cerita Dalam Banyak Kata, eksplorasi cerita dalam bentuk kamus membuat cerita timbul dan tenggelam. Di bagian tengah, alur cerita yang diselipkan dalam setiap kata menghilang, mungkin karena kata-kata yang disediakan oleh kamus tidak bisa masuk ke dalam alur cerita. Sisipan kritik tentang sesuatu dalam kata-kata ini juga terkesan menggangu jalannya cerita yang sedari awal disampaikan oleh penulis.

Berbeda lagi dengan Cerita Dalam Satu Kata, Cerita Dewasa, Cerita Berbingkai-Bingkai tentang Berita Derita Kita, dan Atirec Malad Mukuh Kilabret. Tiga cerita ini mengeksplorasi bentuk yang cukup  ekstrim: dengan satu kata, dengan tampilan halaman website dewasa, dengan bingkai penghubung setiap kata, dan dengan membalik keseluruhan kata dari cerita. Dari empat cerita ini, hanya dua yang cukup menarik. Pertama adalah Cerita Berbingkai-Bingkai tentang Berita Derita Kita. Melalui bingkai dan kata-kata sederhana, penulis membawa pembaca pada sebuah kesimpulan yang sangat menggambarkan masyarakat kita. Kedua adalah Atirec Malad Mukuh Kilabret, melalui kata-kata yang dibalik ada kesan dimana penulis berusaha menyampaikan pesan bahwa dunia sudah terbalik, dimana hukum terbalik, logika terbalik dan semuanya terbalik. Kesan yang seharusnya mudah ditangkap tanpa membaca keseluruhan isi cerita. Meskipun memang, pembalikan semacam ini berpotensi membingungkan pembaca dan membuat cerita ini dilewati begitu saja.

Untuk Cerita Dalam Satu Kata dan Cerita Dewasa, dalam pandangan subjektif, penulis hanya mengeksplorasi bentuk saja. Tidak ada keistimewaan lain selain bentuk yang aneh dan tampak berbeda. Dengan kata lain, dua cerita ini gagal. Terkadang kegagalan ini berkaitan dengan sifat dan ruang lingkup eksperimen. Mungkin saja penulis tidak cukup memikirkan bagaimana benang bentuk/struktur melekat pada konten, atau mungkin penulis terlalu berhasrat menyembunyikan sesuatu dalam ceritanya, tetapi sayangnya tidak ditemukan apa-apa dalam cerita itu. Itupun jika itu bisa disebut cerita. Dengan kata lain, eksperimen cerita yang sukses harus dilakukan untuk lebih dari sekadar terlihat aneh dalam setiap halaman (dan saya merasa bahwa penulis, baru berpikir bahwa menulis eksperimental harus terlihat aneh pada halaman). Ada konten yang perlu dan harus dipertimbangkan; tradisi sastra, konteks, dan resonansi metaforis dan estetika dari konstruksi cerita.

Kekuatan penulis justru muncul ketika dia bermain-main dalam tema cerita dan narasi yang dia sampaikan. Penulis mampu menghadirkan sebuah tema cerita yang menarik dengan narasi yang cukup apik. Dalam Kamu Sedang Membaca Tulisan Ini (hal.161-218), yang juga merupakan judul dari buku ini, penulis menghadirkan sebuah cerita tentang seorang penulis yang mengilhami sebuah wilayah, dimana dia diadili sekaligus dipuja atas karya-karyanya. Dalam cerita ini, penulis (Eko Triono) mampu bermain-main dengan imajinasi pembaca melalui tuntutannya untuk membayangkan sesuatu. Kalimat, "kamu sedang membaca tulisan ini. Dan, kamu akan mengikuti apa saja yang diminta tulisan ini dari pikiranmu" menjadi penghubung cerita yang cukup menarik sekaligus mampu melibatkan pembaca dalam petualangan aneh si tokoh, dengan akhir yang musykil. Kekuatan penulis dalam memainkan tema, kata-kata, dan juga ide cerita juga sangat terlihat dalam Cerita Remaja (hal. 48), Cerita Dalam Riwayat Cerita (hal. 84-89), Reuni Dengan Enam Aku (hal. 119-127) dan Cerita Anak (hal. 159-160).

Lain lagi dengan Cerita Sesuai Dengan Cerita Pasar (hal. 53-80), dalam cerita ini penulis mengeksplorasi secara liar 'cerita', dimana dia menjadikan 'cerita' tidak hanya kata, tetapi juga sebuah objek pencarian dari si tokoh. 'Cerita' diumpamakan sebagai sebuah benda yang diperdagangkan, tetapi tetap menyimpan nilai sebagai sebuah cerita itu sendiri. Eksplorasi semacam ini ditemukan juga di beberapa cerita lain dalam buku ini, seperti Menanam Cerita (hal. 143-148), dan Cerita Pesan Moral (hal. 49-52) dan Cerita Pendek dan Cerita Panjang (hal. 32-37), yang menjadikan 'cerita' sebagai tokoh utama yang dapat bercerita. Eksplorasi 'liar' ini cukup berhasil, meskipun dalam beberapa bagian susah dipahami, tetapi itu ditutupi dengan kemampuan penulis untuk memanfaatkan kekuatan narasi yang dia gunakan dalam setiap cerita itu.

***

Hadirnya Kamu Sedang Membaca Tulisan Ini yang disebut sebagai karya eksperimental yang "baru kali ini dicoba dalam sejarah sastra Indonesia" tentu saja patut dirayakan. Kelahiran sebuah buku seburuk apapun dia patut dirayakan. Namun, apakah ada hal lain yang patut kita rayakan selain kelahirannya dan keberanian penulisnya? Saya tidak tahu, mungkin belum ada, mungkin juga ada, atau mungkin tidak keduanya.




Judul : Kamu Sedang Membaca Tulisan Ini
Penulis : Eko Triono
Penerbit : Basabasi
Tahun : Desember 2017
Tebal : 220 halaman
ISBN : 978-602-6651-67-9

Tidak ada komentar:

Posting Komentar